5 Teknologi Pertanian Hasil Inovasi Anak Bangsa
- juragantaniantihoa
- Mar 31, 2023
- 3 min read

Teknologi pertanian memainkan peranan penting dalam meningkatkan produktivitas pertanian. Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, pertanian dapat dijalankan secara lebih efektif mulai dari tahap penanaman hingga proses panen.
Selain itu, teknologi pertanian terbukti mampu mengurangi biaya operasional pertanian dengan margin yang cukup besar bila dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan bila menggunakan sistem konvensional.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo tidak berhenti mendorong generasi muda agar mengembangkan usaha pertanian dengan inovasi. Menurut Mentan SYL, sektor pertanian akan semakin kuat jika didukung oleh riset dan inovasi yang berkelanjutan.
Nah, berikut beberapa inovasi dan teknologi karya anak bangsa yang akan dapat membantu memajukan pertanian Indonesia.
1. Bioplastik.
Bioplastik adalah suatu jenis plastik ramah lingkungan, dapat terurai oleh mikroorganisme dan seluruh komponennya dibuat dari bahan-bahan baku yang bisa diperbarui. Bioplastik biasanya terbuat dari pati, minyak nabati dan mikrobiota.
Kevin Kumala, seorang pemuda asal Bali bernama Kevin Kumala berhasil menciptakan inovasi bioplastik karena prihatin melihat kondisi kotor pantai Bali yang dipenuhi dengan sampah. Ia memilih menggunakan pati singkong sebagai bahan dasar karena biaya produksinya terhitung jauh lebih murah daripada menggunakan jagung dan keledai.
Bioplastik buatan Kevin terbukti aman untuk makhluk hidup. Plastik buatannya akan hancur dalam waktu 90 hari dan langsung menjadi kompos tanaman bila ditaruh di dalam tanah.
Menurut Kevin, jika saja lebih banyak orang di dunia mau menggunakan bioplastik, maka kematian hewan laut dan akumulasi racun tak terduga akibat penggunaan plastik polystyrene dapat berkurang drastis.
Baca juga:
2. Pohon Kedondong Penghasil Listrik.
Inovasi ini datang dari seorang anak bernama Naufal. Dia baru saja lulus dari MTs Negeri 1 Langsa, Aceh. Naufal membuat listrik dari pohon kedondong sejak berusia 12 tahun.
Saat itu, Naufal menerima pelajaran bahwa buah-buahan seperti kedondong, mangga, belimbing, dan buah dengan kandungan asam lain mampu menghasilkan arus listrik. Ia pun mencobanya pada pohon kedondong.
Menurut Naufal, untuk menghasilkan listrik dari pohon kedondong ini membutuhkan tembaga, logam, dan kain ataupun tisu.
Caranya, yaitu dengan melubangi pohon, kemudian tembaga dan logam yang telah dilapisi kain atau tisu dimasukkan ke lubang pohon. Kain atau tisu yang telah menyerap asam pohonlah yang mampu membuat tembaga dan logam mengaliri arus listrik.
3. Aplikasi Pemantau Tanaman.
Inovasi pertanian ini berupa aplikasi bernama Habibi yang dikembangkan oleh perusahaan star up Indonesia, Habibie Garden. Aplikasi ini mampu mengukur kelembapan dan nutrisi dalam suatu tanaman.
Pemantauan aplikasi Habibi yang bersifat real time dapat dimanfaatkan oleh petani untuk meningkatkan hasil panen dan mengurangi potensi kerusakan tanaman.
Tidak sulit menggunakan aplikasi Habibi. Kita cukup meletakkan alat di atas lahan, lalu data-data seperti temperatur, cahaya, kadar air, kelembapan, dan nutrisi tanah akan diproses dan dikirimkan ke gadget kita.
Kemudian ada pengontrol bernama Habibi dosis pump yang mampu memberikan pupuk dan air secara tepat kepada tanaman.
4. Helm Green Composite.
Adalah helm yang terbuat dari bahan campuran serat tandan kosong kelapa sawit. Helm ini diciptakan oleh Siti Nikmatin seorang peneliti sekaligus dosen Fakultas MIPA Institus Pertanian Bogor (IPB).
Helm yang terbuat dari serat tanaman ini mempunyai komposisi 20 persen serat tumbuhan dan komposisi sisanya adalah polimer Akrilonitril Butadiena Stiren (ABS).
Helm ini, memiliki skor kriteria cedera kepala sebesar 800 poin sementara standar SNI, harusnya tidak lebih dari 3000 poin.
Helm ciptaan dosen IPB ini telah lolos standar negara Amerika Serikat yang tidak boleh lebih dari 1000 poin.
Menurut penanggung jawab produksi helm green composite, helm ini sangat baik dalam melindungi kepala dan lolos pemasaran internasional.
5. Drone Sawah.
Teknologi drone atau pesawat tanpa awak ternyata bisa diadaptasikan pada sektor pertanian, terutama untuk memaksimalkan proses penyiraman dan penyemprotan.
Drone sawah ini diterapkan oleh Balai Penelitian Lingkungan Pertanian Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati, Jawa Tengah yang memanfaatkan drone untuk penyemprotan pestisida.
Penyemprotan pestisida yang biasanya memakan waktu lama, sekarang dapat dilakukan dengan cepat dan efisien. Untuk lahan satu hektare, penyemprotan pestisida hanya memakan waktu selama setengah jam.
Demikian ini lima inovasi teknologi hasil anak bangsa untuk kemajuan pertanian Indonesia, baik yang difungsikan untuk memajukan pertanian atau memanfaatkan hasil pertanian.
Comments