Demplot Kementan Turunkan Emisi Pertanian 37 Persen
- juragantaniantihoa
- Jun 1, 2023
- 2 min read

Melestarikan lingkungan hidup adalah bagian tak terpisahkan dari pengembangan sektor pertanian Indonesia. Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan berbagai inovasi dalam menjalankan pertanian yang ramah lingkungan.
Salah satunya dengan mengembangkan Demonstration Plot (Demplot) yang merupakan metode penyuluhan pertanian kepada petani dengan cara membuat lahan percontohan agar petani bisa melihat dan membuktikan terhadap objek yang didemonstrasikan.
Pelaksanaan Dmeplot pada lokasi penyuluhan Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA) terbukti menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) rata-rata 37 persen di lokasi Demplot CSA dari Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) dibandingkan lokasi konvensional di Indonesia.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengatakan bahwa dalam menggenjot produktivitas pertanian, juga harus dibarengi dengan melestarikan lingkungan hidup.
"Di balik produktivitas yang kita genjot, lingkungan harus diperhatikan, yang bisa kita lakukan adalah menurunkan emisi gas rumah kaca atau GRK," katanya.
Kapusluh Bustanul Arifin Caya mengatakan penurunan emisi GRK rata-rata 37 persen di lokasi Demplot CSA SIMURP, direkomendasi oleh Balai Penerapan Standar Instrumen (BPSI) Pati.
"Budidaya padi sawah merupakan salah satu sumber emisi GRK, yakni gas metana (CH4) yang dilepas dari lahan persawahan tergantung jenis tanah, kelengasan tanah, suhu tanah dan varietas padi," katanya dalam kegiatan ´Mid Term Review Mission´ CSA SIMURP 2023 dan Farmer Field Day (FFD) di Subang, Jumat (26/5).
Program SIMURP merupakan modernisasi irigasi strategis dan program rehabilitasi lintas kementerian dan lembaga yang melibatkan Kementan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dengan target lokasi Daerah Aliran Sungai (DAS).
Kapusluh Bustanul Arifin Caya menambahkan, sektor pertanian tergolong rentan terhadap sejumlah gangguan di antaranya perubahan iklim, pemanasan global, efek rumah kaca, banjir, kekeringan, serta peningkatan permukaan air laut.
"Pertanian Cerdas Iklim pada Program SIMURP adalah pertanian ramah lingkungan, hemat air dan berkelanjutan yang bertujuan untuk meningkatkan indeks pertanaman, produktivitas, dan pendapatan petani sehingga terjadi peningkatan kesejahteraan petani," katanya lagi.
Sementara itu, Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi mengatakan Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi sebesar 29 persen dengan upaya sendiri di bawah business as usual (BAU) pada 2030, sementara dengan dukungan internasional hingga 41 persen.
"Kita butuh aksi adaptasi. Setiap aksi yang dilakukan, untuk mengantisipasi dampak buruk perubahan iklim serta menjaga kedaulatan pangan. Hal ini menjadi prioritas utama pembangunan pertanian," katanya.
Dedi Nursyamsi mengatakan, dibutuhkan juga aksi mitigasi, di mana setiap aksi harus bertujuan pada penurunan emisi GRK, tetapi harus mendukung upaya peningkatan produksi dan produktivitas pertanian.
"Sudah ada inovasi teknologi mitigasi GRK yang diterapkan petani seperti menerapkan pengairan berselang, penggunaan bahan organik matang, varietas padi rendah emisi metana paket teknologi Climate Smart Agriculture atau CSA," katanya.
Comments