top of page

Duta Petani Andalan, Kisah Sukses Petani Milenial Terapkan Smart Farming

  • juragantaniantihoa
  • Aug 1, 2023
  • 2 min read

Kementerian Pertanian terus berupaya untuk menggerakkan regenerasi petani dengan memberikan perhatian khusus kepada generasi milenial yang menunjukkan kinerja positif di sektor pertanian.


Salah satu contohnya adalah Mashuda, seorang petani komoditas cabai di Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur, yang merupakan salah satu petani milenial sukses dalam menggeluti sektor pertanian.


Prestasi dan dedikasi Mashuda dalam bidang pertanian membuatnya diangkat sebagai Duta Petani Andalan (DPA) oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP).


Kinerja Mashuda mendapat perhatian dari Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi, yang mengunjungi Kebun Cabai Wonosari Farm milik Mashuda di Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan, bersama tim PPIU YESS Jatim pada 26 Juli 2023 lalu.


Mashuda telah berhasil meraih Juara ke-3 pada acara Maslahat Award Inovasi dan Teknologi yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Pasuruan berkat inovasinya yang diberi nama Budi Cakep, yang merupakan singkatan dari Budi Daya Cabai Petani Kabupaten Pasuruan.


Mashuda adalah salah satu petani milenial binaan DPA Kementan yang didukung oleh Program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services Programme (YESS).


Langkah ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, yang mendorong generasi milenial untuk berperan aktif dalam pembangunan pertanian. Tidak sedikitnya pemuda dan pemudi yang menjadi pelopor dalam usaha pertanian menunjukkan bahwa pertanian bukan lagi identik dengan kotoran dan kemiskinan, tetapi telah menjadi sektor modern dan menjanjikan berkat mekanisasi dan inovasi pertanian.


Dalam kunjungannya ke Kebun Cabai Wonosari Farm, Dedi Nursyamsi mengapresiasi capaian dan kinerja Mashuda dalam mengembangkan pertanian.


Mashuda menerapkan konsep Smart Farming dengan menggunakan rumah kaca sederhana yang terbuat dari bahan bertiang bambu dan beratap plastik.


Meskipun sederhana, rumah kaca ini memberikan manfaat maksimal bagi pertanian. Dalam 1 rumah kaca seluas 1000 m2 dengan 3.000 tanaman cabai, Mashuda mampu menghasilkan total estimasi produksi hingga 15 ton dalam satu tahun.


Dengan harga jual cabai yang bervariasi, seperti Rp25.000/kg, Mashuda dapat memperoleh omzet hampir Rp400 juta dari satu unit rumah kaca. Jika skala luas hingga satu hektar, omsetnya bahkan mencapai Rp4 miliar per tahun.


Dedi Nursyamsi menilai bahwa pilihan varietas yang tepat dan penerapan teknologi irigasi tetes (drip irrigation) serta pemupukan yang optimal merupakan kunci keberhasilan Mashuda dalam menghasilkan hasil pertanian yang maksimal. Rumah kaca memberikan keuntungan dengan mengendalikan micro climate (suhu, cahaya, kelembaban), sehingga hama penyakit tidak dapat masuk, dan memberikan pengaruh positif terhadap hasil pertanian.


Selain itu, kolaborasi dengan Pasar Komoditas Nasional (Paskomnas) telah membantu Mashuda dalam menghadapi fluktuasi harga cabai di pasar.


Dengan kerjasama antara Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Malang sebagai Provincial Project Implementation Unit (PPIU) Program YESS di Provinsi Jawa Timur, dan Paskomnas, Mashuda dapat menyalurkan hasil pertaniannya dengan baik melalui Pasar Induk Agribisnis di Palembang, Tangerang, dan Surabaya. Dukungan sistem informasi dalam pasar ini memudahkan distribusi komoditas pertanian dari produsen hingga ke konsumen.


Keberhasilan Mashuda sebagai petani milenial di Jawa Timur merupakan bukti nyata bahwa generasi muda yang inovatif dan kreatif mampu membawa pembangunan pertanian menuju arah yang maju, mandiri, dan modern.


Dengan adopsi teknologi dan pemahaman tentang pasar, petani milenial seperti Mashuda akan terus menjadi pilar utama dalam perkembangan sektor pertanian di Indonesia.

Comentarios


bottom of page