IPAT BO, Teknologi Pertanian UNPAD yang Bikin Padi Bahagia
- juragantaniantihoa
- Apr 8, 2023
- 2 min read

Universitas Padjadjaran (Unpad) meluncurkan teknologi pertanian “Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Organik” atau “IPAT BO”. Teknologi ini membuat tanaman padi menjadi “bahagia”, sehingga mampu menghasilkan panen sekitar 8–11 ton per satu hektar.
Teknologi IPAT BO dikembangkan oleh Guru Besar Fakultas Pertanian Unpad Prof. Dr. Tualar Simarmata, Ir., M.S. Peluncuran teknologi IPAT BO secara simbolis dilakukan oleh Rektor Unpad Prof. Rina Indiastuti dalam acara panen bersama yang digelar di Sanggar Penelitian Latihan & Pengembangan Pertanian (SPLPP) Faperta Unpad di Jelekong, Kabupaten Bandung, Minggu (12/3/2023).
Peluncuran tersebut juga dilakukan Dekan Faperta Dr. Meddy Rachmadi, Ir., M.S., Ketua Senat Akademik Unpad yang juga Guru Besar Faperta Prof. Ganjar Kurnia, serta sejumlah pimpinan, guru besar, dan dosen di lingkungan Faperta Unpad.
Prof. Tualar memaparkan, teknologi IPAT BO merupakan teknologi pertanian padi yang mengutamakan pemanfaatan bahan organik yang tersedia secara lokal, maksudnya kompos jerami.
Teknologi ini menitikberatkan pada manajemen kekuatan biologis tanah, tata air, manajemen tanaman dan pemupukan berbasis organik secara terpadu.
Sejak dikembangkan pada 2007, ada empat temuan teknologi dari IPAT BO.
Pertama konsorsium dekomposer yang mengolah jerami menjadi kompos yang baik.
Kedua, konsorsium pupuk hayati yang mengolah kompos jerami tersebut menjadi pupuk yang bagus.
Dua teknologi pertama disebut Prof. Tualar sebagai “Koalisi Makhluk Halus”. Teknologi ketiga adalah konsorsium penataan tanah, serta keempat kombinasi teknologi nutri dengan cara pemupukan melalui daun.
Empat gabungan teknologi ini mampu menghasilkan panen padi berkisar 8 – 11 ton untuk satu hektar sawah. Peningkatan hasilnya minimal 25 persen dibandingkan dengan sistem konvensional.
Baca juga:
Selain empat teknologi tersebut, IPAT BO juga memiliki tiga jenis pengembangan, yaitu: konvensional, super, dan ratun.
IPAT BO konvensional mampu meningkatkan produksi padi berkisar 8 – 11 ton, sedangkan jenis super mampu meningkatkan produksi hingga 10 -12. Sementara teknologi ratun memungkinkan bibit padi bisa ditanam 3 – 4 kali setahun.
Melalui teknologi ini, padi yang sudah dipangkas saat dipanen dapat tumbuh lagi dalam 3 bulan mendatang. Hal ini bisa menghemat petani untuk tidak membeli bibit lagi saat masa panen dimulai.
“Empat teknologi ini sudah mendapatkan penghargaan Menristekdikti pada 2014 sebagai 100 inovator terbaik Indonesia. Kemudian pada 2016, teknologi ini kembali dapat penghargaan sebagai 10 Inovator Terbaik Indonesia,” terang Prof. Tualar dilansir dari unpad.ac.id
Kunci dari peningkatan produktivitas padi dalam IPAT BO, menurut Prof. Tualar terletak pada kesuksesannya membuat padi menjadi “bahagia”. Supaya “bahagia”, dia mengembangkan sistem tanah berpasangan, atau twin seedling, atau jejer manten. Sebelum padi ditanam berpasangan, lahan yang menjadi tempat tumbuhnya dibenahi dengan teknologi “koalisi makhluk halus” tersebut.
Kemudian dilakukan pemupukan terpadu pada padi dengan cara pemupukan melalui daun tersebut. Hasil ini yang menjadikan padi dengan teknologi IPAT BO mampu meningkat produktivitasnya menjadi minimal 25 persen dibandingkan teknik konvensional.
Teknologi ini telah banyak diterapkan di berbagai wilayah di Indonesia melalui penyesuaian dan permintaan konsumen (petani).
“Ada peningkatan teknologi spesifik lokasi dan kita ikuti konsumennya seperti apa, kita buat sesuai permintaan,” ujar Prof. Tualar.
Dengan demikian, IPAT BO merupakan teknologi yang berbasiskan penyelesaian masalah di masyarakat, adaptasi terhadap perubahan iklim, serta banyak berbasis bahan lokal dan organik.
Ke depan, riset IPAT BO akan dikembangkan berupa integrasi dengan perangkat teknologi IoT, sehingga proses pertanian menjadi lebih efektif dan dapat mengundang minat generasi muda untuk terjun ke dunia pertanian.
Comments