top of page

Kang Feri Sukses Budidaya Tomat Beef melalui Smartphone

  • juragantaniantihoa
  • Jun 12, 2023
  • 2 min read

Ferry adalah seorang penyuluh pertanian yang tinggal di Desa Cibodas, Kabupaten Bandung Barat. Dengan adanya teknologi pertanian, dia sudah tidak lagi kotor-kotoran karena budi daya tomat Beefnya sudah bisa dikontrol lewat aplikasi yang ada di gawainya.


Profesi Ferry sebagai penyuluh pertanian bisa dikatakan sebagai pekerjaan sampingan di luar pekerjaan utamanya. Saat sedang liburan atau waktu luang, Ferry sering mengunjungi petani-petani lain dan mengaplikasikan pengetahuan dan keahliannya di bidang pertanian. Ia ingin dapat mengedukasi petani lain dan berbagi informasi tentang tanaman yang populer, teknik perawatan, serta nutrisi yang dibutuhkan.


Ferry memilih pertanian sebagai pekerjaan sampingan karena orangtuanya juga memiliki latar belakang sebagai petani. Selain itu, menurutnya, bisnis di bidang pertanian tidak akan pernah mati karena dengan bertambahnya jumlah penduduk, permintaan akan produk pangan seperti sayuran dan hortikultura juga akan terus meningkat. Bagi Ferry, pertanian merupakan bisnis yang cukup menjanjikan.


Saat ini Ferry mencoba budidaya tomat Beef di sebuah kebun yang dinamainya Sukarasa Farm. Salah satu alasan memilihnya adalah karena peluang pasarnya masih terbuka dan minim kompetitor.


Untuk menumbuhkannya, Ferry menggunakan greenhouse karena hasil tanamannya di lapangan terbukti kurang maksimal. Ia juga mencoba sistem grafting untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit layu fusarium.


Ferry menjelaskan bahwa tanaman tomat Beef memerlukan perawatan khusus karena biaya per pohonnya cukup mahal, dan penyakit yang menyerang tanaman tersebut dapat mengurangi nilai ekonomi produksi.


Dalam pemeliharaan rutin, Ferry melakukan penyiraman dan pemupukan setiap hari. Ia menggunakan sistem yang terjadwal, di mana penyiraman dilakukan beberapa kali sehari dengan kapasitas air atau nutrisi tertentu. Ferry juga menjelaskan bahwa dengan menggunakan sistem hidroponik, penyiraman dan pemeliharaan dapat dilakukan secara serentak bahkan saat ia sedang berada di luar kota. Namun, proses seperti penyiangan dan penyemprotan masih membutuhkan tenaga manusia.


Kebun yang dikelola oleh Ferry memiliki luas 500 meter persegi dengan populasi tanaman sekitar 1500 pohon. Rata-rata hasil produksi per pohonnya mencapai 4 kilogram. Tomat-tomat dengan kualitas terbaik dikirim ke supermarket, sementara yang kelas b diperuntukkan bagi pasar lainnya. Ferry juga berusaha terus meningkatkan produksi dari pohon-pohonnya.


Ferry menjelaskan bahwa pengelolaan kebunnya memanfaatkan teknologi, seperti akses Wi-Fi untuk menjalankan sistem penjadwalan nutrisi dan penyiraman. Sinyal Wi-Fi yang baik sangat penting agar sistem dapat berjalan dengan baik. Ferry juga menyebut adanya program dari pemerintah yang memberikan akses dana kredit untuk pengembangan pertanian, dan ia memanfaatkannya untuk mengembangkan bisnisnya.


Ferry melihat peluang yang cukup besar dalam bidang pertanian, terutama dengan adanya teknologi yang semakin membantu. Menurutnya, pertanian bisa menggunakan sistem modern di mana petani dapat mengendalikannya melalui perangkat seluler, seperti smartphone, yang memungkinkan dia untuk mengontrol kebun dari mana saja, baik dari rumah, kantor, atau tempat lain. Dengan hanya beberapa klik di ponsel, semua operasional pertanian dapat berjalan dengan lancar.


"Ini adalah peluang yang menarik bagi semua orang, karena dengan berkebun kita juga dapat melihatnya sebagai bisnis masa depan yang menjanjikan," ujar Ferry. Dia menyarankan agar memilih komoditas yang memiliki sedikit kompetitor di lapangan.


Ferry sekarang sudah tidak lagi menganggap petani sebagai profesi yang kotor. Teknologi telah berkembang pesat di bidang pertanian dan memberikan bantuan yang signifikan.

Commentaires


bottom of page