Kementan Imbau Petani Berhenti Gunakan Pupuk Kimia Berlebihan
- juragantaniantihoa
- Jul 25, 2023
- 2 min read

Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan penggunaan pupuk kimia yang berlebihan, dan kondisi ini dapat menimbulkan sejumlah masalah serius mulai dari kerusakan kualitas tanah hingga pencemaran lingkungan.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan) Dedi Nursyamsi menemukan fakta bahwa penggunaan pupuk kimia atau pupuk anorganik di Indonesia telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan.
Tidak sedikit petani mengunakan pupuk urea dalam kadar yang melebihi takaran. Seharusnya dalam satu hektar lahan cukup 2,5 kuintal pupuk kimia, justru malah sampai satu ton. Bahkan ada yang menggunakan dalam level sangat ekstrem yaitu tujuh sampai 10 jenis kimia seperti pestisida, insektisida, dan bakterisida secara bersamaan. Mereka menganggap hal ini akan dapat mengusir hama di lahan pertanian mereka.
Sayangnya, kata Dedi, bukan hanya hama atau serangga perusak tanaman yang mati, tetapi mikroba penyubur tanah pun juga ikut mati termasuk mikro organisme dan makro organisme yang dibutuhkan untuk menjaga ekosistem juga iktu mati.
Potensi bahaya lainnya akibat penggunakan pupuk secara berlebihan adalah resistensi organik klorin yang terkandung dalam kandungan pupuk kimia. Dalam jumlah yang melebihi batas ambang wajar, klorin memiliki daya racun yang luar biasa dan dapat tersimpan di dalam tanah maupun air.
"Tidak ada mikroba yang mampu menghancurkan organ klorin. Residu organ klorin bisa bertahan 100 tahun bahkan 1000 tahun yang akan datang dengan daya toxic yang tetap, tidak berubah," ujar Dedi.
Apabila klorin yang meresap ke dalam tanah akan membuat mikroba penyubur tanah menjadi mati. Bakteri pelarut dan dekomposer juga akan mati. Akibatnya, tanah menjadi tandus, kering-kerontang.
Selain itu, klorin yang mudah larut dalam air pun bisa ikut hanyut bersama air hujan kemudian masuk ke dalam perairan seperti sungai, danau, kolam, dan air sumur atau sumber air tanah lainnya.
"Kalau sudah begini, zooplankton mati, fitoplankton mati. Ikan-ikan mati, udang mati. Perairan kita pun mati," bebernya.
Selain itu, residu pestisida atau pupuk kimia yang berlebihan akan semakin berbahaya, jika tertinggal atau terdapat pada produk pertanian. Hal itu bisa memicu kemunculan penyakit degeneratif dan kanker.
Dedi mengajak para petani agar menggunakan pupuk ramah lingkungan. Karena pupuk ini dibuat dengan menggunakan sumber hayati dan tidak banyak menghasilkan efek samping terhadap tanah maupun lingkungan.
"Gunakan pupuk secara berimbang. Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan juga tidak akan meningkatkan produksi, meskipun tanamannya terlihat hijau royo-royo. Tapi bijinya, buahnya, itu tidak (bertambah). Ya hanya hijaunya itu," kata Dedi.
Dedi mengakui masih banyak kendala yang dihadapi para petani dalam penggunaan pupuk organik. Selain kurangnya penguasaan teknologi pembuatan pupuk organik, petani juga masih dihadapi inkonsistensi kualitas pupuk organik di berbagai daerah. Padahal bahan baku pupuk organik sangat banyak tersedia di lingkungan sekitar petani.
Comments