top of page

Kilang Tebu Hemat 60 Persen, Ikuti Jejak Kelompok Tani Inovatif dari Sumbar Ini

  • juragantaniantihoa
  • Apr 11, 2023
  • 2 min read

Petani tebu di Kelompok Tani Inovatif Tebu Serumpun di Nagari Lawang, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, sudah tidak lagi menggunakan mesin berbahan bakar diesel untuk mengolah batang tebu menjadi gula saka.


Sekarang mereka sudah beralih ke program Electrifying Agriculture. Sebuah program inovasi PT PLN (Persero) yang bertujuan untuk meningkatkan performa sektor pertanian melalui transisi energi dari mesin berbahan bakar diesel menjadi mesin berbasis listrik serta mewujudkan peternakan yang modern, ramah lingkungan dan efisien.


Namun saat ini mereka memiliki kesempatan terbatas sebanyak tiga kali untuk memperoleh program electrifying agriculture dari PLN.


Saat ini, satu kesempatan sudah diambil oleh Keltan Inovatif Nagari Lawang, sehingga masih tersisa dua slot bagi kilang tebu lainnya untuk beralih dari mesin diesel menjadi mesin berbasis listrik secara gratis.


Baca juga:


Keuntungan menggunakan mesin listrik sudah dirasakan langsung oleh kalangan pemilik usaha kilang tebu. Salah satunya adalah Syaiful Bahri, pemilik kilang tebu Kelompok Tani Inovatif di Kecamatan Matur.

“Saya mendirikan kilang tebu ini sejak 2007. Mulai dari menggunakan tenaga kerbau, dan kemudian mesin diesel. Rata-rata saya membeli BBM solar Rp 350 ribu untuk menggiling 1 ton tebu,” ujar Syaiful bercerita.

Kemudian semenjak beralih ke mesin berbasis listrik, Syaiful hanya perlu merogoh uang Rp 102 ribu untuk membeli token yang dia manfaatkan untuk menggiling 1 ton tebu.


“Alhamdulillah, kini kami bisa menghemat biaya operasional mencapai 60 persen,” ungkapnya.


Dasril, ketua kelompok tani tebu lainnya menyampaikan keinginan untuk segera beralih menggunakan listrik pada mesin tebu miliknya.


“Insyaallah saya juga segera beralih menggunakan listrik untuk pengoperasian mesin tebu. Saya sudah melihat contohnya, dan memang terbukti banyak keuntungannya,” kata dia.


Untuk memperoleh program electrifying agriculture dari PLN, para petani cukup membuat surat proposal ke PLN UID Sumbar dan akan diverifikasi untuk menentukan kelayakan penerimaan program tersebut.


Manajer Komunikasi dan TJSL PLN UID Sumbar Yenti Elfina mengatakan program TJSL electrifying agriculture di Matur hanya untuk tiga pilot project.


Kata dia, biaya yang dibutuhkan untuk pemasangan listrik pintar di kilang tebu sekitar Rp 25-33 juta, ditambah pembelian mesin elektro motor dan sebagainya.


"Namun dengan dana TJSL (tanggung jawab sosial lingkungan/CSR) biaya tersebut menjadi tidak ada,” ujar Yenti.

Comments


bottom of page