top of page

Kisah Inspiratif Muslin, Sarjana Matematika yang Pilih Jadi Petani

  • juragantaniantihoa
  • Mar 2, 2023
  • 2 min read


Gelar akademik tidak menghalangi seseorang untuk bekerja di bidang lain yang belum dipelajarinya di bangku kampus. Itulah yang dialami Muslin Mirontoneng, pria berusia 30 tahun asal Kabupaten Kepulauan Sangihe Sulawesi Utara. Usai lulus dan menyandang sarjana matematika, ia balik kampung dan memutuskan untuk menjadi petani.


Keputusan Muslin ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk membangun kampung halamannya lewat pertanian setelah lulus kuliah. Ia prihatin melihat daerahnya, Kepulauan Sangihe amat bergantung pada suplai bahan pangan dan holtikultura dari luar daerah. Selama ini, hampir semua bahan makanan yang dikonsumsi masyarakat Sangihe didatangkan dari luar. Muslin ingin daerahnya memiliki kemandirian pangan.


Usai diwisuda pada tahun 2014, Muslim langsung memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya, tepatnya di Desa Malamenggu, Kecamatan Tabukan Selatan, Kabupaten Kepulauan Sangihe, dan bekerja di sektor pertanian.



Dalam ceritanya seperti dilansir dari Jawa Pos, langkah awal yang dilakukan Muslin adalah memanfaatkan lahan yang ada dengan menanam rica dan tomat. Waktu luang dia manfaatkan untuk belajar secara otodidak melalui video tentang cara memupuk, mencegah dan mengobati tanaman dari serangan hama.


“Meski ada yang sempat berkata miring dengan pilihan saya dengan kata jauh- jauh sekolah, pulang kampung hanya jadi petani. Namun tidak memadamkan semangat saya,” ungkap Muslin.

Muslim bercerita, selama dua tahun pertama dia tekun mempelajari pola-pola pertanian modern sehingga ia sadar pola pertanian yang selama ini dijalankan generasi orang tuanya terbilang kurang efektif.


Sesudah paham metode efektif bertani, ia berkeliling kampung dan mengajak teman-teman seusianya. Ia bahkan tidak segan bercerita kepada mereka kalau hasil pendapatan bertaninya sampai bisa membiayai pendidikan adiknya sampai selesai. Hingga akhirnya terbentuklah Komunitas Petani Muda Sangihe dan dia diangkat sebagai ketuanya.


Sudah 7 tahun berselang, Muslin kini menjadi petani muda yang berhasil menanam tanaman pangan lokal seperti ubi jalar, ubi kayu, talas dan juga tanaman sayuran seperti cabai, tomat, sawi dan kacang panjang. Ia juga menanam tanaman buah seperti pepaya, nanas dan semangka.


Hasil pertanian yang dikembangkan oleh Komunitas Petani Muda Sangihe ini terbilang sudah ikut membantu menyuplai kebutuhan pangan dan holtikultura di wilayah Kepulauan Sangihe.


Asyik Menjadi Petani

Karena jumlah petani di Kepulauan Sangihe masih sedikit, golongan petani lebih diuntungkan karena bantuan stimulan Pemkab Sangihe tergolong banyak.


“Kuncinya adalah buktikan hasil anda, pemerintah pasti akan menunjangnya berupa bantuan-batuan,” terang Muslin.


Dia pun berpesan, jangan melihat petani dari kotornya. Berkunjunglah ke kebun dan hitung tanamannya, maka kamu akan tahu berapa pendapatannya. Dia juga mengakui selama pandemi Covid-19, salah satu sektor yang tidak tergoyahkan adalah pertanian.



“Mungkin jadi PNS adalah primadona sebagian orang, tapi jadi petani adalah pilihan. Yang mengatur waktu adalah anda sendiri, yang memerintah anda sendiri, bisa dikatakan petani itu kerja tanpa tekanan dan tanpa atasan, karena anda sendiri yang jadi bosnya,” ungkapnya.


Meski demikian, ada saja kendala yang dihadapi Muslim selama terjun ke dunia pertanian seperti kenaikan harga sarana produksi dan kegagalan panen yang diakibatkan oleh bencana alam seperti angin kecang disertai hujan lebat. Namun kata dia, pendapatannya sejauh ini sudah lebih dari cukup.

Comments


bottom of page