top of page

Muhammad Ansar, Penggagas Biosaka yang Mendapat Penghargaan dari Mentan SYL

  • juragantaniantihoa
  • Sep 4, 2023
  • 2 min read

Ketergantungan petani terhadap pupuk kimia bersubsidi menjadi persoalan yang serius dalam pembangunan pertanian di Indonesia. Masalah ini semakin rumit ketika alokasi pupuk subsidi tidak sesuai dengan kebutuhan para petani, sehingga seringkali menyebabkan kelangkaan pupuk.


Pada tahun 2022, data Kementerian Pertanian mencatat pupuk subsidi dialokasikan untuk berbagai jenis pupuk seperti Urea, SP-36, ZA, NPK, NPK Formula Khusus, Organik Granul, dan organik Cair. Namun, kebutuhan nasional petani untuk pupuk mencapai 22,57 hingga 26,18 juta ton per tahun, sedangkan alokasi anggaran hanya cukup untuk 8,87 hingga 9,55 juta ton dengan anggaran subsidi sebesar Rp 25 trilliun. Jumlah ini jauh dari memenuhi kebutuhan petani.


Menghadapi situasi ini, Kementerian Pertanian telah mendorong petani untuk tidak lagi tergantung pada pupuk kimia bersubsidi dan mencari cara baru dalam penyediaan pupuk.


Salah satu inovasi yang muncul adalah teknik Biosaka yang dikembangkan oleh Muhammad Ansar, seorang petani asal Blitar, Jawa Timur. Biosaka merupakan sistem teknologi terbarukan dalam pertanian organik modern yang menggabungkan biologi dan teknologi.


Menurut Ansar, Biosaka tidak melibatkan mikroba atau proses fermentasi dalam pembuatannya, sehingga teknologinya sederhana dan dapat diproduksi hanya dengan menggunakan tangan.


Cerita bermula keitka Ansar ingin membantu petani di sekitarnya. Tapi di luar dugaannya, inovasi yang diciptakannya berkembang pesat di Blitar. Ia mulai melakukan penelitian pada tahun 2006, kemudian mengembangkannya secara massal pada tahun 2011 melalui pemberdayaan petani.


Pada pertengahan tahun 2019, Ansar mulai melakukan pendampingan di Kabupaten Blitar, terutama di wilayah Kecamatan Wates. Awalnya, hanya ada 1-2 petani yang mencoba teknologi Biosaka, tetapi dengan bantuan petugas pertanian lapangan dan perluasan informasi, penggunaan Biosaka mulai meningkat di seluruh kecamatan wilayah Blitar.


Biosaka menurut Ansar memiliki beberapa kelebihan. Pertama, reaksinya yang cepat terlihat dalam waktu 24 jam setelah aplikasi. Kedua, dapat digunakan pada semua tahap pertumbuhan tanaman, dari benih hingga panen. Ketiga, proses produksinya sangat cepat dan tidak memerlukan fermentasi yang memakan waktu. Keempat, cara penggunaannya mudah dengan dosis yang kecil. Biosaka dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 50-90 persen, menghemat biaya produksi, dan bahan baku nya tersedia di lingkungan petani.


Namun, ada beberapa kekurangan yang perlu diakui. Pertama, Biosaka tidak dapat diproduksi dengan mesin, sehingga memerlukan tenaga kerja manual. Kedua, bahan bakunya terus berubah selama pembuatan, dan petani harus memilih rumput yang sehat dan tidak terkontaminasi oleh bahan kimia. Selain itu, petani juga harus memahami unsur hara tanah yang lebih luas daripada yang biasa diketahui, termasuk magnesium, sulfur, dan asam amino.


Dengan teknologi Biosaka, Muhammad Ansar telah membantu petani mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia bersubsidi, meningkatkan efisiensi pertanian, dan menciptakan solusi yang ramah lingkungan untuk sektor pertanian di Indonesia. Inovasi seperti ini merupakan langkah positif dalam mendukung pembangunan pertanian organik modern di negara ini.


Muhammad Ansar baru saja menerima penghargaan dari Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) pada acara HUT Kemerdekaan RI ke-78 Agustus lalu.


"Penghargaan patut diberikan kepada penggagas Elisitor Biosaka, Muhammad Anshar. Berkat Biosaka, turut membuktikan pertanian Indonesia bisa semakin mandiri, maju dan modern dan mengangkat kearifan lokal dalam bertani," ucap Mentan SYL.


Syahrul mengapresiasi keberadaan Biosaka sebagai salah satu inovasi anak bangsa berbasi kearifan lokal sehingga menghadirkan cara baru bertani yang tidak lagi bergantung pupuk kimia, menyuburkan lahan, menekan hama penyakit dan mensejahterakan petani secara gratis.

Comments


bottom of page