top of page

Pelihara 1000 Burung Hantu, Kelompok Tani di Banyuwangi Sukses Basmi Hama Tikus

  • juragantaniantihoa
  • Apr 25, 2023
  • 2 min read

Kelompok tani dari Dusun Curahkrakal, Desa Tambakrejo, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi memiliki cara berbeda untuk menghambat hama tikus di sawah. Mereka melakukan pengendalian hama yang gemar memakan batang dan bulir padi dengan memelihara burung bantu.


Di deretan pohon yang tinggi menjulang di tengah hamparan sawah di Desa Tambakrejo, terdapat pagupon atau sarang burung dari kayu. Jangna mengira itu sarang burung merpati. Itu adalah sarang yang disediakan para petani untuk dihuni burung hantu.


Para petani memelihara burung hantu dengan spesies Tyto alba. Ia dikenal sebagai burung hantu lumbung atau gudang yang dapat tumbuh hingga lebih dari 30 sentimeter, dengan bentang sayap mencapai 1,5 meter. Ciri khas spesies ini wajah berbentuk jantung, warna putih dengan tepi cokelat, dan mata menghadap ke depan.



“Pemanfaatan burung hantu lumbung sebagai pengendali alami hama tikus, di desanya sudah berlangsung lebih dari 10 tahun,” ungkap Ketua Subblok Jogo Tirto, Ponidi dikutip dari jawapos.com.


Ide pembuatan pagupon untuk burung hantu ini, tercetus dari mantan penyuluh pertanian lapang (PPL) yang juga warga Desa Tambakrejo bernama Pitoyo.


“Pak Pitoyo ini dulu yang mengajak pakai burung hantu untuk mengusir tikus di sawah. Sebelumnya cari ilmu di Jombang, lalu diterapkan di desa ini,” katanya.


Awalnya, Ponidi, Pitoyo dan beberapa anggota kelompok tani (Poktan) urunan membeli indukan burung hantu lumbung. Harga satu indukan burung hantu lumbung termasuk cukup mahal, di antara Rp 2,5 juta hingga Rp 3,5 juta.


“Kami belinya satu ekor dulu, kemudian saat ada uang, beli satu ekor lagi,” katanya.


Kemudian pagupon kayu dipasang di ketinggian lebih dari delapan meter dari permukaan tanah.


“Setahun burung hantu yang dimanfaatkan warga sudah berkembang menjadi enam ekor,” terangnya.


Dari enam ekor burung hantu, para petani dapat melindungi lahan sawah seluas 20 ha lebih.


“Satu ekor burung hantu dapat memangsa sampai 20 ekor tikus dalam semalam,” ungkapnya.


Karena dinilai ampuh, petani sedikit demi sedikit mulai mengurangi penggunaan obat kimia untuk mengusir tikus dari sawahnya. “Mulai diajak memanfaatkan burung hantu ini,” katanya.


Saat ini sudah ada sekitar seribu ekor burung hantu lumbung yang tersebar di wilayah Desa Tambakrejo, Kecamatan Muncar.


“Itu kami biarkan makan dan berkembang biak sendiri selama hampir 13 tahun, jumlahnya sudah banyak,” tuturnya.



Kepala Desa Tambakrejo, Nanang Widayat mengaku tidak mudah mengajak masyarakat menjadikan lingkungan desa kondusif untuk habitat burung hantu. “Pernah ada yang menembak, tapi kami ajak untuk berhenti karena burung hantu itu bermanfaat di lahan warga,” ujarnya.


Aktivitas seperti bermain layang-layang suwangan yang menimbulkan suara di udara, juga membuat burung hantu menjadi stres. “Tidak mau berburu tikus karena terganggu suara layang-layang, ini pernah satu hamparan sawah gagal panen karena diserang tikus,” ungkapnya.

Comments


bottom of page