top of page

Sukses Budidaya Emas Hijau, Petani Milenial Sukabumi Ekspor Vanili ke Luar Negeri

  • juragantaniantihoa
  • Feb 20, 2023
  • 2 min read

Petani milenial asal Sukabumi, Riady mengembangkan budidaya vanilla dengan hasil yang menggiurkan.

Vanili (vanilla planifolia) adalah tanaman penghasil bubuk vanili yang umum digunakan sebagai pengharum makanan. Ia kini menjadi penyedap rasa paling populer di dunia. Selain karena rasanya, aroma vanili juga menenangkan.


Bubuk vanili dihasilkan dari buahnya yang berbentuk polong. Ekstraknya inilah yang digunakan sebagai rempah dalam berbagai makanan dan minuman. Tanaman vanili pertama kali dikenal oleh orang-orang Indian di Meksiko. Daerah asal tanaman ini adalah Panili atau Perneli.


Ada tiga varian vanili yang umumnya dibudidayakan, yaitu planifolia, pompona dan black tahiti. Petani Indonesia biasanya membudidayakan vanili varian vanilla planifolia.


Harga vanili di Indonsia sangat fantastis. Dengan harga yang mencapai 5-6 juta rupiah per kilogram, tidak salah bila ia disebut-sebut sebagai emas hijau.


Harga vanili yang sangat menggiurkan ini bisa menjadi peluang usaha yang menjanjikan bagi generasi milenial. Inilah yang ditangkap oleh Riady dan Abdullah asal Sukabumi Jawa Barat ketika memutuskan untuk menggeluti budidaya vanili dalam kelompok tani Riady Vanilla & Abdullah sejak tahun 2017.


Harga vanili sangat mahal karena membutuhakn proses pengolahan yang rumit dan memakan waktu lama. Untuk mengeluarkan kandungan vanilin dengan aroma dan rasanya yang khas, buah vanili harus melewati proses pengeringan.

Pemrosesan memakan waktu berbulan-bulan untuk keluar aroma yang diinginkan. Itu meliputi pengeringan awal, pembungkusan untuk mengeluarkan cairan, dan kembali menjalani penjemuran, penyekapan, dan penyimpanan dalam hitungan bulan.


Bisnis Menggiurkan Budidaya Vanili


Budidaya vanili terbilang cukup terbatas, karena tanaman ini hanya bisa dikembangkan di negara dengan iklim tertentu semisal Indonesia. Budidaya vanili juga masih minim kompetitor sehingga tidak berdampak pada perang harga di pasaran. Bagi Riady, vanili mempunyai potensi besar untuk dikembangkan. Dengan proses pasca panen yang depat, vanili bisa mendatangkan keuntungan yang lebih besar.


“Salah satu motivasi saya mengembangkan vanili karena sebagai rempah termahal (disebut emas hijau) setelah Safron membuat harga vanili Internasional terutama dalam bentuk kering sangat stabil," kata Riady dikutip dari mediaperkebunan.id


Riady bersama Abdullah mengaku sudah dapat merasakan keuntungan harga vanili walau dengan trial and error pasca panen yang cukup lama. Dia pernah menjual vanili ke hotel bintang 5 di Jakarta, cafe dan bakery, bahkan mengekspor vanili sebanyak 50 kg ke luar negeri seperti Singapura, Jepang, Thailand, Amerika Serikat dan Belanda.


Dia berharap hasil vanili dapat lebih berkualitas dan citra vanili Indonesia semakin positif di pasar global, dan petani vanili semakin sejahtera.


Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian, Andi Nur Alam Syah mengatakan, potensi vanili cukup besar dan perlu memperhatikan strategi pasar yang tepat. Di antaranya memperhatikan mutu dan kemasan produk agar dapat bersaing di pasar global, serta memanfaatkan e-commerce atau digital marketing platform.


Saat ini, harga vanili basah berada di kisaran Rp 200-300 ribu per kg, sedangkan vanili kering kualitas biasa atau asalan mencapai Rp 1-3 juta per kg tergantung mutu grading. Bila sudah memiliki kualitas ekspor, harganya bisa mencapai RP 5- 7 juta per kg.


Sebagai emas hijau perkebunan Indonesia, Kementerian Pertanian terus mendorong generasi muda agar terjun bekerja di sektor pertanian dan perkebunan yang semakin dilirik pasar global.

コメント


bottom of page